Mendidik Ala Nabi

Posted by apa aja Saturday 1 June 2019 0 komentar


z
“Peran kaum guru dalam perubahan, seperti keberadaan nabi-nabi tanpa senjata (Niccolo Machiavelli, Filosof Italia: 1456-1527)
Saat ini, masyarakat semakin memberhalakan harta dan jabatan, hidup dengan kepentingan-kepentingan individual tanpa peduli sesama. Kekerasan berlabel SARA sudah tak terhitung jumlahnya. Pendidikan menurut parafilosof adalah senjata paling ampuh untuk menepis serangan radikalisme, hedonisme dan eksklusivisme semacam itu.

Pendidikan sebagai sarana humanisasi diharapakan mampu melahirkan wakil-wakil (khalifah) Tuhan, guna mengatur alam semesta dan peradabannya. Tentu peradaban yang selalu memihak pada kebenaran dan keadilan, serta melawan kebatilan, kesenjangan, kebodohan serta keserakahan (korupsi),dan menghapus hukum rimba, seperti yang dikatakan Thomas Hobbes (1588- 1679), manusia adalah pemangsa manusia lainnya “homo homini lupus”,dan diganti dengan “homo homini socius”, manusia adalah adalah sahabat bagi sesama.
Kehadiran kaum guru, sejatinya seperti diutusnya para Nabi kemuka bumi. Sebagai penyelamat dari belenggu-belenggu yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan di atas. Lalu, apa saja tugas guru yang diamanatkan para Nabi dan Rasul untuk menyelamatkan(salvation) manusia dari kehancuran dan kebinasaan?

Peran StrategisGuru
Pertama, guru yang baik akan selalu menjadi pelita (rahmat) bagi alam semesta. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. 21:107).
Rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba. Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi, guru harus mendidik murid-muridnya dengan kasih sayang. SebagaimanaTuhan mengutus paraNabi kepada seluruh manusia sebagai bentuk kasih sayang-Nya yang terbesar.
Pendidikan harus dilakukan dengan proses lemah-lembut dan kasih sayang. Ketika murid telah mencintai gurunya, maka proses komunikasi itu akan berjalan dengan baik dan harmonis. Apabila kenyamanan berkomunikasi sudah terjalin, maka transmisi pengetahuan dan nilai, serta internalisasi karakter pun mudah melekat pada jiwa anak.
Mendidik anak dengan cinta tidaklah mudah, diperlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi. Namun bukan berarti dengan kesulitan itu, lantas guru seenaknya saja. Diperlukan strategi khusus untuk melakukan hal itu. Misalnya, lihat kemampuan muriddan pelajari potensinya dengan baik, fleksible, dan tidak terlalu protektif kepada anak, sertapembelajaran yang dilakukan harus rileks dan tentu saja menyenangkan.
E.Handayani Tyas (2013) mengatakan bahwa, guru diharapkan dapat menjadi pendidik yang memenuhi tiga kunci, yakni dasar pendidikannya adalah kasih sayang, syarat teknisnya adalah saling percaya, dan syarat mutlaknya adalah kewibawaan. 
Pendidikan yang dilakukan dengan kasih sayang, akan melahirkan pengasih-pengasih selanjutnya, generasi yang peka dengan keadaan sosial, demokratis,inklusif, toleran, penuh persaudaraan dan perdamaian. Bukan generasi angkuh dan bersikap radikal.
Kedua, gurumemberikanpetunjukkejalan yang benar.Sesungguhnya Kami mengutuskamudenganmembawakebenaransebagaipembawaberitagembiradansebagaipemberiperingatan.Dantidakadasuatuumatpunmelainkantelahadapadanyaseorangpemberiperingatan. (QS.35:24)

Salah satu tugas guru adalah sebagai mursyid, yakni pembimbing ke arah kebaikan, penuntun ke jalan hidup yang benar. Syarat untuk menjadi guru yang mursyid, adalah harus memiliki wawasan luas tentang berbagai disiplin ilmu, memiliki kejernihan hati, sikap kesederhanaan dan ikhlas.
Mursyid dalam ilmu tasawuf, biasanya disematkan kepada guru sufi, yaitu orang yang ahli memberi petunjuk dalam bidang kebatinan. Para mursyid dianggap golongan pewaris para Nabi dalam bidang penyucian jiwa (tazkiyah an-nafs).
Dengan peran mursyidnya, guru diharapkan mampu mencetak manusia yang memiliki hati, sifat, ucapan dan prilaku yang bersih dan suci. Bersih dari kedengkian, ketamakan harta, pemujaanjabatan dan korupsi.
Ketiga, guru memberiperingatankepadamurid-muriddanmasyarakatnya. Dan tidaklah Kami mengutuspararasulitumelainkanuntukmemberikabargembiradanmemberiperingatan. Barangsiapa yang berimandanmengadakanperbaikan, makatakadakekhawatiranterhadapmerekadantidak (pula) merekabersedihhati. (QS.6:48)
Guru adalah kaum intelektual yang membantu murid-muridnya dalam mencapai tujuan pendidikan dan kebenaran sejati. Namun perlu diingat, bahwa guru juga manusia biasa, bukan malaikat. Seperti Nabi yang hanya sebagai penyampai pesan dan pemberi peringatan pada kaumnya.
Proses belajar mengajar harus dilakukan tanpa unsur paksaan. Memaksakan kehendak anak didik dalam belajar tak akan memberi bekas sedikit pun bagi perkembangannya. Seperti dakwah para Nabi kepada umatnya, yang dilakukan dengan pendekatan persuasif, tanpa paksaan, apalagi kekerasan. Dakwah pada hakikatnya meyakinkan manusia agar selalu berjalan dalam koredor kebenaran. Dakwah bukan mencercah, mengejek, mengancam atau bahkan meneror.
Keempat, guru menjadi teladan yang baik. “Sesungguhnya aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Ahmad)

Salah satu faktor penting keberhasilan para Nabi dalam mendidik dan membimbing umatnya adalah, bahwamereka menjadikan dirinya sebagai living model(teladan). Sebelum para Nabi dan Rasul mengajak dan menyuruh umatnya, mereka adalah orang-orang pertama yang melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Karena itu, umatnya mudah mengamalkan dan meniru ajarannya.
Sesuatu yang akan membingungkan murid, apabila ucapan guru dan perilakunya berbeda. Murid-murid tidak tahu siapa yang harus dicontoh, dan apa arti dari keluhuran budi dan kemuliaan akhlak.(Syafi’i Antonio, 2009: 195)
Akhir kata, guru sebagai pewaris para Nabimemiliki tugas besar dalam pencerdasan, pencerahan, dan penyelamat bangsa dari keterpurukan moralmanusianya,yang gila harta,pemuja jabatan dan korupsi.

Sumber: Edi Sugianto, TRIBUN JABAR, Jumat 29 November 2013

Baca Selengkapnya ....

cara mengetahui kecocokan pasangan

Posted by apa aja 0 komentar

Cara mengetahui pasangan / jodoh yang cocok dan tepat untuk menjadi suami atau istri.

Mencari orang yang tepat untuk diajak menikah bukanlah sesuatu yang mudah. Bahkan ketika Anda merasa telah menemukannya, dalam hati terkadang timbul rasa ragu akan calon pasangan.
Bila Anda telah menemukan pasangan yang tidak terlalu boros, tidak sering membual, setia, jujur, tidak kasar, baik hati dan tidak suka melakukan hal yg melanggar hukum (judi, minum keras, dll) maka Anda sudah berada di jalur yang benar.
Namun bila merasa tetap ragu untuk menuju jenjang pernikahan, maka Anda perlu membaca Artikel ini untuk mengetahui apakah keraguan akan calon pasangan sangat beralasan dan perlu pikir ulang (membatalkan); atau malah keraguan Anda hanyalah ketakutan untuk menikah tanpa alasan yang jelas.
cara mengetahui pasangan / jodoh yang tepat

Cinta dan Kasih sayang

Sangat penting menikah dengan pasangan / jodoh yang cocok serta memiliki persamaan dengan apa yang Anda mau mengenai cinta, romantisme dan juga hubungan sex.
  • Anda telah menemukan pasangan yang tepat bila orang tersebut mengatakan “Aku cinta kamu (I Love You)” tidak hanya dengan perkataan saja tapi juga lewat perbuatan dan tindakannya. Contohnya adalah mengetahui pasangan sedang lelah dan mengalami masalah, mengingat hari ulang tahun, mendengarkan perkataan & keluhan, bersikap sabar, tersenyum, dan senang menghabiskan waktu dengan Anda.
  • Ketahui tingkat intimasi (libido) pasangan, pastikan cocok atau setidaknya tidak terlalu jauh dengan diri Anda. Perbedaan libido yang terlalu jomplang bisa menyebabkan masalah seks dengan suami / istri setelah menikah.
  • Orang yang tepat untuk dinikahi adalah orang yang membuat Anda merasa nyaman menghabiskan waktu bersama baik dalam pembicaraan ataupun saat melakukan aktivitas.

 

 

Kebahagiaan Spiritual

Anda tahu akan menikahi orang yang tepat bila calon pasangan mendukung perkembangan karir dan intelektual. Orang yang tepat akan senang bila pasangannya bisa berkembang, mandiri dan bahagia. Ia tidak iri hati, egois, mengkritik terus-menerus, bersikap negatif, dan mempermalukan diri Anda.

Saling pengertian dan komunikasi yang lancar

Cara mengetahui pasangan / jodoh yang cocok lainnya adalah dengan mencari tau kemampuan pacar Anda dalam mengatasi kesulitan dan perbedaan yg terjadi diantara kalian berdua. Bila Ia adalah jodoh yang tepat, maka masalah dapat diatasi dengan kerjasama dan kompromi.
Namun, Anda perlu khawatir bila Ia menghadapinya dengan emosi meledak-ledak, melemparkan kesalahan, acuh tidak acuh atau berpura-pura tidak ada masalah.
Cara pasangan menangani perselisihan dan konflik menunjukkan kedewasaan psikologis yang akan membuat hubungan langgeng, awet, harmonis dan romantisCalon istri atau suami yang tepat juga bukanlah orang yang pendendam, melainkan mau memaafkan pasangannya bila berbuat salah.


Kejujuran dan saling percaya satu sama lain

Pasangan yang tepat untuk dinikahi harus jujur, menghargai privasi dan saling percaya satu sama lain. Dimana Anda ataupun dirinya tidak saling memata-matai seperti memeriksa isi handphone & SMS, memeriksa akun Facebook (jejaring sosial), ataupun membatasi pergaulan dengan teman & keluarga.
Pasangan yang membuat diri kita terkekang dan selalu membuat was-was dengan apa yg Anda lakukan setiap saat hanya supaya tidak terjadi pertengkaran dalam rumah tangga merupakan tanda-tanda bahwa Ia tidak cocok menjadi pasangan untuk dinikahi.

 

Menemukan masalah pada calon pasangan (suami / istri)

Setelah membaca artikel “Cara mengetahui pasangan / jodoh yang cocok & tepat” diatas dan Anda menyadari bahwa ada tanda-tanda atau masalah saat Anda berpacaran, jangan mengabaikannya dan berpura-pura bahwa hal tersebut tidaklah penting dan berfikir Anda dapat dengan mudah mengubahnya setelah pernikahan terjadi. Tapi ingat, untuk menjalin pernikahan yang langgeng dan tidak diakhiri perceraian bukanlah hanya bermodalkan cinta saja.

Baca Selengkapnya ....

Pendidikan “Gadungan”

Posted by apa aja Friday 13 June 2014 0 komentar


Pendidikan “Gadungan

“Anak-anak harus dididik, tetapi mereka juga harus dibiarkan untuk mendidik diri mereka sendiri”. (Ernest Dimnet, PendetaPrancis:1866-1954)
Bagi yang pernahmampirke Jakarta, sebaiknya janganpernahkembalilagi.Bagi yang merantau, mengadu nasib di sana,maka untuk segera pulang.Betapa tidak,lalu lintas di Jakarta diprediksiakanmacet total mulai pertengahan 2014. Saat itulahJakarta sudah tak layak huni.
Macet, banjir, kumuh,dan polusi menjadi menu sarapan pagi sampai matahari terbit lagi. Sepanjang jalan penuh dengan bunyi-bunyian klakson, serta umpatan yang membisingkan. Toh walaupun itu konsekuensi logis dari Megapolitan. Kata “ibukota” tak layak lagi disematkan untuk Jakarta.
Potret Jakarta yang tak manusiawi,rasanya seperti wajah pendidikan kita saat ini.Pendidikan yang seharusnya melakukan humanisasi,justru terjerembab dalamruang hitam dehumanisasi. Pendidikan tak lagi ramah dengan penganutnya.Bahkan menjadi musuh nyata ketika guru dan siswa kucing-kucingan, seperti Tom and Jerry. Anak-anakkinienggan diarahkan, apalagi untuk belajar. Mereka lebih senang mendidik diri sendiri di Warnet-warnet dan Rental game playstation di gang-gang sempit.
Sisi lain yang lebih miris. Saat ini guru bukan lagi sosok yang dihormati, melainkan ditakuti. Wajar saja, kini guru lebih suka mendidiksiswanya,seperti mengisiember kosong dengan batu besar. Terkadang dengan air keruh yang membahayakan jiwa.
Benar apa yang dikatakan William Butler Yeats (Penyair Irlandia:1865-1939), dalam karya fenomenalnya “The Tower”. Menyampaikan, bahwa pendidikan bukan pengisian ember, tetapi menyalakan api. Lalu, bagaimana respon pendidikan? Apa yang menyebabkan anak-anak lariterbirit-birit ketakutan dari sekolah? Sepertitumpukan sampah yang berbau busuk dan harus dijauhi.
Bullying
Karakter orang yang melakukan kekerasan (bullying)bagai banteng yang suka menyeruduk apa pun di depannya. Memang secara semantik kata bull, berarti banteng.Bullying dilakukan untuk menekan, dan mengintimidasi korbannya.Orang melakukan bullying melalui banyak cara. Baik secara fisik: memukul, menampar. Secara verbal: mengejek. Maupun melalui psikologis: mengucilkan, mencibir dan sebagainya.  
Bullyingmerupakanbudayapendidikan paling “gadungan”.Karena guru pun kerap kali melakukannya. Lebih-lebih antar pelajar, kekerasan sudah menjadi dendamkesumat. Senioritas juga menjadi pemicunya.
Padahal pendidikan adalah kasih sayang. Mendidik berarti menciptakan manusia-manusia penyayang, seperti Tuhan Sang Maha Penyayang.Namun, tak banyak guru yang memahami perbedaanketegasan dan kekerasan.Ketegasan cermin dari kewibawaan, sedangkan kekerasan berujung ketakutan.
Dalam “pendidikan gadungan”,guru menurut siswaadalah monster yang menakutkan, mukanya beringas, seperti penjahat sedang melihat mangsanya. Guru lebih suka menghakimi, mencerca, mencela.Daripada menginspirasi, memotivasi, mengayomi anak didik.
Siswa menurut guru adalah orang-orang yang dipenuhi kebodohan, kenakalan,dan keterbelakangan. Apabila ada siswa yang mendapatkan nilai rendahdalampelajarantertentu, maka menjadialasanuntuk dikatakan bodoh, dan berujungtidaknaikkelas. Padahalmasing-masing orang memilikikemampuandanbakatyang berbeda-beda. Mustahilsatu orang menguasaiseluruhdisiplinilmu.
“Pendidikangadungan”, membuat sekolah menyeramkan. Alih-alihanakdidik pergi ke sekolahdengansenyumanmanis,hausdengan ilmu, rindu terhadap guru.Kinimembayangkannys saja sudah jemu danstress.
Pendidikan gadungan menjadi cikal-bakal lahirnya generasi pemuja eksklusivisme, anarkisme,intoleran,bahkan terorisme.Sebab sejak dini merekasudahterbiasadengankekerasan, yang dulu dibentuk oleh lingkungan sekolah.
Model Pendidikan
Anak didik memiliki keunikan, kepribadian, dankecerdasan yangbegitu variatif.Karenaitu, sekolah semestinyamampu memfalisitasimerekadalammengembangkanragamkecerdasan yang dimiliki masing-masing siswa.
Lain halnyadenganpendidikan gadungan”, anakdidik dicekoki dengansemuamatapelajaran,sertawajibmencapaiketuntasan minimum.Mereka harus menyelesaikan tugassetumpuk, bak sampah yang menggunung.Anak didiktak ada bedanya dengan kuli bangunan, mengejar target-target tertentu yang sudah ditentukansekolah.
BelajardariFinlandia.Sebagainegara yang pendidikannya paling maju di dunia.Model pendidikan di sanasangatlah sederhana. Sekolah memberi kebebasan padaanak didikuntukmemilih mata pelajaran tertentuyang diminati, disukai dan menjadi bakatnya. Pun dalam menentukanjadwalujian, siswa diberiotonomikhususuntukmatapelajaran yang sudahdiakuasai. Intervensi pemerintah diberanguskan.
Berbedadengan “pendidikan gadungan” di negarakita.Dari perencanaan hingga evaluasi. Bahkan yang menentukan lulus tidaknya siswa, masih saja pemerintah. Bukan sekolah, apalagi guru yang manut-manut saja. Maklum, pendidikan di negeri ini sudah menjadi komoditas dan bisnis perut pemerintah.
Akhirnya.Budaya bullying dan model pendidikan yang cenderung mengekang siswa, jelas-jelas sudah melanggar hak asasi anak, sertahak asasi manusia.Anak didik sebagai manusia merdeka, harus bebas dari kekerasan(fisik dan psikis),bebas berekspresi, dan berkreasi sebagai wujud pengembangan diri (self development). Sekolah dan orang tua seharusnya lebih pekaterhadap kebutuhan dan gaya pendidikan yang relevan dengan jiwa-jiwa anakzaman sekarang. 
“Pendidikan gadungan” hanya akan melahirkan generasi yang kering kerontangdariembun kemanusiaan. Ilmu luas, tapi hatinya kerdil.Padahal titik zenith keberhasilan pendidikan tercermin dari atmosfer kemanusiaan yang melingkupinya.
Dengan menghentikan pabrik pendidikan palsu (gadungan), berarti kita menyelamatkan anakbangsadari lingkaran setan yang membelenggu hakikat pendidikan itu sendiri.Akhirnya lepas dari “kemandekan”.

Sumber: Edi Sugianto, SUARA GURU, Rabu 29 Januari 2014

Baca Selengkapnya ....
Belajar SEO dan Blog support Online Shop Aksesoris Wanita - Original design by Bamz | Copyright of PENERUS BLOG SAMPAI MATI.