SEJARAH SINGKAT IMAM BUKHARI
Thursday 12 December 2013
0
komentar
Sejarah Singkat Imam Bukhari
Kelahiran dan Masa Kecil Imam
Bukhari
Imam Bukhari lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah.
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin
Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju’fiy Al Bukhari, namun beliau lebih dikenal
dengan nama Bukhari. Beliau lahir pada hari Jumat, tepatnya pada tanggal 13
Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan Persi yang
masih beragama Zoroaster. Tapi orangtuanya, Mughoerah, telah memeluk Islam di
bawah asuhan Al-Yaman el-Ja’fiy. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh
dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat melihat
karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya
tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo’a untuk kesembuhan beliau.
Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah, menjelang usia 10 tahun matanya
sembuh secara total.
Imam Bukhari adalah ahli
hadits yang termasyhur diantara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama
dengan Imam Ahmad, Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah.
Bahkan dalam kitab-kitab fiqih dan hadits, hadits-hadits beliau memiliki
derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil
Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir
semua ulama di dunia merujuk kepadanya.
Tempat beliau lahir kini termasuk
wilayah Rusia, yang waktu itu memang menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan
Islam sesudah Madinah, Damaskus dan Bagdad. Daerah itu pula yang telah
melahirkan filosof-filosof besar seperti al-Farabi dan Ibnu Sina. Bahkan
ulama-ulama besar seperti Zamachsari, al-Durdjani, al-Bairuni dan lain-lain,
juga dilahirkan di Asia Tengah. Sekalipun daerah tersebut telah jatuh di bawah
kekuasaan Uni Sovyet (Rusia), namun menurut Alexandre Benningsen dan Chantal
Lemercier Quelquejay dalam bukunya “Islam in the Sivyet Union” (New York,
1967), pemeluk Islamnya masih berjumlah 30 milliun. Jadi merupakan daerah yang
pemeluk Islam-nya nomor lima besarnya di dunia setelah Indonesia, Pakistan,
India dan Cina.
Keluarga dan Guru Imam
Bukhari
Bukhari dididik dalam keluarga ulama
yang taat beragama. Dalam kitab As-Siqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya
dikenal sebagai orang yang wara’ dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang
hukumnya bersifat syubhat (ragu-ragu), terlebih lebih terhadap hal-hal yang
sifatnya haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan
mudir dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika
Bukhari masih kecil.
Perhatiannya kepada ilmu hadits yang
sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam usia 16
tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti “al-Mubarak” dan
“al-Waki”. Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang
masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota
suci Mekkah dan Madinah, dimana di kedua kota suci itu beliau mengikuti kuliah
para guru-guru besar ahli hadits. Pada usia 18 tahun beliau menerbitkan kitab pertamanya
“Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat
dan Tabi’ien).
Bersama gurunya Syekh Ishaq, beliau
menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadits
yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi disaring lagi menjadi 7275 hadits.
Diantara guru-guru beliau dalam memperoleh hadits dan ilmu hadits antara lain
adalah Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin
Yusuf Al Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin Yusuf al Baykandi dan
Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang haditsnya dikutip dalam
kitab Shahih-nya.
Kejeniusan Imam Bukhari
Bukhari diakui memiliki daya hapal
tinggi, yang diakui oleh kakaknya Rasyid bin Ismail. Kakak sang Imam ini
menuturkan, pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan
ceramah cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah
membuat catatan kuliah. Ia sering dicela membuang waktu karena tidak mencatat,
namun Bukhari diam tak menjawab. Suatu hari, karena merasa kesal terhadap
celaan itu, Bukhari meminta kawan-kawannya membawa catatan mereka, kemudian
beliau membacakan secara tepat apa yang pernah disampaikan selama dalam kuliah
dan ceramah tersebut. Tercenganglah mereka semua, lantaran Bukhari ternyata
hafal di luar kepala 15.000 hadits, lengkap dengan keterangan yang tidak sempat
mereka catat.
Ketika sedang berada di Bagdad, Imam
Bukhari pernah didatangi oleh 10 orang ahli hadits yang ingin menguji
ketinggian ilmu beliau. Dalam pertemuan itu, 10 ulama tersebut mengajukan 100
buah hadits yang sengaja “diputar-balikkan” untuk menguji hafalan Imam Bukhari.
Ternyata hasilnya mengagumkan. Imam Bukhari mengulang kembali secara tepat
masing-masing hadits yang salah tersebut, lalu mengoreksi kesalahannya,
kemudian membacakan hadits yang benarnya. Ia menyebutkan seluruh hadits yang
salah tersebut di luar kepala, secara urut, sesuai dengan urutan penanya dan
urutan hadits yang ditanyakan, kemudian membetulkannya. Inilah yang sangat luar
biasa dari sang Imam, karena beliau mampu menghafal hanya dalam waktu satu kali
dengar.
Selain terkenal sebagai seorang ahli
hadits, Imam Bukhari ternyata tidak melupakan kegiatan lain, yakni olahraga. Ia
misalnya sering belajar memanah sampai mahir, sehingga dikatakan sepanjang
hidupnya, sang Imam tidak pernah luput dalam memanah kecuali hanya dua kali.
Keadaan itu timbul sebagai pengamalan sunnah Rasul yang mendorong dan
menganjurkan kaum Muslimin belajar menggunakan anak panah dan alat-alat perang
lainnya.
Karya-karya Imam Bukhari
Karyanya yang pertama berjudul
“Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat
dan Tabi’ien). Kitab ini ditulisnya ketika masih berusia 18 tahun. Ketika
menginjak usia 22 tahun, Imam Bukhari menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci
bersama-sama dengan ibu dan kakaknya yang bernama Ahmad. Di sanalah beliau
menulis kitab “At-Tarikh” (sejarah) yang terkenal itu. Beliau pernah berkata,
“Saya menulis buku “At-Tarikh” di atas makam Nabi Muhammad SAW di waktu malam
bulan purnama”.
Karya Imam Bukhari lainnya antara
lain adalah kitab Al-Jami’ ash Shahih, Al-Adab al Mufrad, At Tharikh as
Shaghir, At Tarikh Al Awsat, At Tarikh al Kabir, At Tafsir Al Kabir, Al Musnad
al Kabir, Kitab al ‘Ilal, Raf’ul Yadain fis Salah, Birrul Walidain, Kitab Ad
Du’afa, Asami As Sahabah dan Al Hibah. Diantara semua karyanya tersebut, yang
paling monumental adalah kitab Al-Jami’ as-Shahih yang lebih dikenal dengan
nama Shahih Bukhari.
Dalam sebuah riwayat diceritakan,
Imam Bukhari berkata: “Aku bermimpi melihat Rasulullah saw., seolah-olah aku
berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk
menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada sebagian ahli ta’bir, ia
menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari
hadits-hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk
melahirkan kitab Al-Jami’ As-Sahih.”
Dalam menghimpun hadits-hadits
shahih dalam kitabnya tersebut, Imam Bukhari menggunakan kaidah-kaidah
penelitian secara ilmiah dan sah yang menyebabkan keshahihan hadits-haditsnya
dapat dipertanggungjawabkan. Ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meneliti
dan menyelidiki keadaan para perawi, serta memperoleh secara pasti kesahihan
hadits-hadits yang diriwayatkannya.
Imam Bukhari senantiasa
membandingkan hadits-hadits yang diriwayatkan, satu dengan lainnya,
menyaringnya dan memilih mana yang menurutnya paling shahih. Sehingga kitabnya
merupakan batu uji dan penyaring bagi hadits-hadits tersebut. Hal ini tercermin
dari perkataannya: “Aku susun kitab Al Jami’ ini yang dipilih dari 600.000
hadits selama 16 tahun.”
Banyak para ahli hadits yang berguru
kepadanya, diantaranya adalah Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad
Ibn Nasr dan Imam Muslim bin Al Hajjaj (pengarang kitab Shahih Muslim). Imam
Muslim menceritakan : “Ketika Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) datang
ke Naisabur, aku tidak pernah melihat seorang kepala daerah, para ulama dan
penduduk Naisabur yang memberikan sambutan seperti apa yang mereka berikan
kepadanya.” Mereka menyambut kedatangannya dari luar kota sejauh dua atau tiga
marhalah (100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya Az Zihli (guru Imam
Bukhari) berkata : “Barang siapa hendak menyambut kedatangan Muhammad bin
Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut menyambutnya.”
Penelitian Hadits
Untuk mengumpulkan dan
menyeleksi hadits shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk
mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi hadits, mengumpulkan dan
menyeleksi haditsnya. Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain
Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat.
Di Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar Imam Ahmad
bin Hanbali. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari
merekalah beliau mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits.
Namun tidak semua hadits yang ia
hapal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu diseleksi dengan seleksi
yang sangat ketat, diantaranya apakah sanad (riwayat) dari hadits tersebut
bersambung dan apakah perawi (periwayat / pembawa) hadits itu terpercaya dan
tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan
sebanyak 9082 hadis dalam karya monumentalnya Al Jami’ as-Shahih yang dikenal
sebagai Shahih Bukhari.
Dalam meneliti dan menyeleksi hadits
dan diskusi dengan para perawi tersebut, Imam Bukhari sangat sopan.
Kritik-kritik yang ia lontarkan kepada para perawi juga cukup halus namun
tajam. Kepada para perawi yang sudah jelas kebohongannya ia berkata, “perlu
dipertimbangkan, para ulama meninggalkannya atau para ulama berdiam dari hal
itu” sementara kepada para perawi yang haditsnya tidak jelas ia menyatakan
“Haditsnya diingkari”. Bahkan banyak meninggalkan perawi yang diragukan
kejujurannya. Beliau berkata “Saya meninggalkan 10.000 hadits yang diriwayatkan
oleh perawi yang perlu dipertimbangkan dan meninggalkan hadits-hadits dengan
jumlah yang sama atau lebih, yang diriwayatan oleh perawi yang dalam
pandanganku perlu dipertimbangkan”.
Banyak para ulama atau perawi yang
ditemui sehingga Bukhari banyak mencatat jati diri dan sikap mereka secara
teliti dan akurat. Untuk mendapatkan keterangan yang lengkap mengenai sebuah
hadits, mencek keakuratan sebuah hadits ia berkali-kali mendatangi ulama atau
perawi meskipun berada di kota-kota atau negeri yang jauh seperti Baghdad,
Kufah, Mesir, Syam, Hijaz seperti yang dikatakan beliau “Saya telah mengunjungi
Syam, Mesir dan Jazirah masing-masing dua kali, ke Basrah empat kali menetap di
Hijaz selama enam tahun dan tidak dapat dihitung berapa kali saya mengunjungi
Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits.”
Disela-sela kesibukannya sebagai
sebagai ulama, pakar hadits, ia juga dikenal sebagai ulama dan ahli fiqih,
bahkan tidak lupa dengan kegiatan kegiatan olahraga dan rekreatif seperti
belajar memanah sampai mahir, bahkan menurut suatu riwayat, Imam Bukhari tidak
pernah luput memanah kecuali dua kali.
Metode Imam Bukhari dalam Menulis
Kitab Hadits
Sebagai intelektual muslim
yang berdisiplin tinggi, Imam Bukhari dikenal sebagai pengarang kitab yang
produktif. Karya-karyanya tidak hanya dalam disiplin ilmu hadits, tapi juga
ilmu-ilmu lain, seperti tafsir, fikih, dan tarikh. Fatwa-fatwanya selalu
menjadi pegangan umat sehingga ia menduduki derajat sebagai mujtahid mustaqil
(ulama yang ijtihadnya independen), tidak terikat pada mazhab tertentu,
sehingga mempunyai otoritas tersendiri dalam berpendapat dalam hal hukum.
Pendapat-pendapatnya terkadang
sejalan dengan Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi, pendiri mazhab Hanafi), tetapi
terkadang bisa berbeda dengan beliau. Sebagai pemikir bebas yang menguasai
ribuan hadits shahih, suatu saat beliau bisa sejalan dengan Ibnu Abbas, Atha
ataupun Mujahid dan bisa juga berbeda pendapat dengan mereka.
Diantara puluhan kitabnya, yang
paling masyhur ialah kumpulan hadits shahih yang berjudul Al-Jami’ as-Shahih,
yang belakangan lebih populer dengan sebutan Shahih Bukhari. Ada kisah unik
tentang penyusunan kitab ini. Suatu malam Imam Bukhari bermimpi bertemu dengan
Nabi Muhammad saw., seolah-olah Nabi Muhammad saw. berdiri dihadapannya. Imam
Bukhari lalu menanyakan makna mimpi itu kepada ahli mimpi. Jawabannya adalah
beliau (Imam Bukhari) akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan yang
disertakan orang dalam sejumlah hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara
lain yang mendorong beliau untuk menulis kitab “Al-Jami ‘as-Shahih”.
Dalam menyusun kitab tersebut, Imam
Bukhari sangat berhati-hati. Menurut Al-Firbari, salah seorang muridnya, ia
mendengar Imam Bukhari berkata. “Saya susun kitab Al-Jami’ as-Shahih ini di
Masjidil Haram, Mekkah dan saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali
sesudah shalat istikharah dua rakaat memohon pertolongan kepada Allah, dan
sesudah meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar shahih”. Di Masjidil
Haram-lah ia menyusun dasar pemikiran dan bab-babnya secara sistematis.
Setelah itu ia menulis mukaddimah
dan pokok pokok bahasannya di Rawdah Al-Jannah, sebuah tempat antara makam
Rasulullah dan mimbar di Masjid Nabawi di Madinah. Barulah setelah itu ia
mengumpulkan sejumlah hadits dan menempatkannya dalam bab-bab yang sesuai.
Proses penyusunan kitab ini dilakukan di dua kota suci tersebut dengan cermat
dan tekun selama 16 tahun. Ia menggunakan kaidah penelitian secara ilmiah dan
cukup modern sehingga hadits haditsnya dapat dipertanggung-jawabkan.
Dengan bersungguh-sungguh ia
meneliti dan menyelidiki kredibilitas para perawi sehingga benar-benar
memperoleh kepastian akan keshahihan hadits yang diriwayatkan. Ia juga selalu
membandingkan hadits satu dengan yang lainnya, memilih dan menyaring, mana yang
menurut pertimbangannya secara nalar paling shahih. Dengan demikian, kitab
hadits susunan Imam Bukhari benar-benar menjadi batu uji dan penyaring bagi
sejumlah hadits lainnya. “Saya tidak memuat sebuah hadits pun dalam kitab ini
kecuali hadits-hadits shahih”, katanya suatu saat.
Di belakang hari, para ulama hadits
menyatakan, dalam menyusun kitab Al-Jami’ as-Shahih, Imam Bukhari selalu
berpegang teguh pada tingkat keshahihan paling tinggi dan tidak akan turun dari
tingkat tersebut, kecuali terhadap beberapa hadits yang bukan merupakan materi
pokok dari sebuah bab.
Menurut Ibnu Shalah, dalam kitab
Muqaddimah, kitab Shahih Bukhari itu memuat 7275 hadits. Selain itu ada
hadits-hadits yang dimuat secara berulang, dan ada 4000 hadits yang dimuat
secara utuh tanpa pengulangan. Penghitungan itu juga dilakukan oleh Syekh
Muhyiddin An Nawawi dalam kitab At-Taqrib. Dalam hal itu, Ibnu Hajar
Al-Atsqalani dalam kata pendahuluannya untuk kitab Fathul Bari (yakni syarah
atau penjelasan atas kitab Shahih Bukhari) menulis, semua hadits shahih yang
dimuat dalam Shahih Bukhari (setelah dikurangi dengan hadits yang dimuat secara
berulang) sebanyak 2.602 buah. Sedangkan hadits yang mu’allaq (ada kaitan satu
dengan yang lain, bersambung) namun marfu (diragukan) ada 159 buah. Adapun
jumlah semua hadits shahih termasuk yang dimuat berulang sebanyak 7397 buah.
Perhitungan berbeda diantara para ahli hadits tersebut dalam mengomentari kitab
Shahih Bukhari semata-mata karena perbedaan pandangan mereka dalam ilmu hadits.
Terjadinya Fitnah
Muhammad bin Yahya Az-Zihli
berpesan kepada para penduduk agar menghadiri dan mengikuti pengajian yang
diberikannya. Ia berkata: “Pergilah kalian kepada orang alim dan saleh itu,
ikuti dan dengarkan pengajiannya.” Namun tak lama kemudian ia mendapat fitnah
dari orang-orang yang dengki. Mereka menuduh sang Imam sebagai orang yang
berpendapat bahwa “Al-Qur’an adalah makhluk”.
Hal inilah yang menimbulkan
kebencian dan kemarahan gurunya, Az-Zihli kepadanya. Kata Az-Zihli : “Barang
siapa berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia adalah
ahli bid’ah. Ia tidak boleh diajak bicara dan majelisnya tidak boleh didatangi.
Dan barang siapa masih mengunjungi majelisnya, curigailah dia.” Setelah adanya
ultimatum tersebut, orang-orang mulai menjauhinya.
Sebenarnya, Imam Bukhari terlepas
dari fitnah yang dituduhkan kepadanya itu. Diceritakan, seseorang berdiri dan
mengajukan pertanyaan kepadanya: “Bagaimana pendapat Anda tentang lafadz-lafadz
Al-Qur’an, makhluk ataukah bukan?” Bukhari berpaling dari orang itu dan tidak
mau menjawab kendati pertanyaan itu diajukan sampai tiga kali.
Tetapi orang itu terus mendesak. Ia
pun menjawab: “Al-Qur’an adalah kalam Allah, bukan makhluk, sedangkan perbuatan
manusia adalah makhluk dan fitnah merupakan bid’ah.” Pendapat yang dikemukakan
Imam Bukhari ini, yakni dengan membedakan antara yang dibaca dengan bacaan,
adalah pendapat yang menjadi pegangan para ulama ahli tahqiq (pengambil
kebijakan) dan ulama salaf. Tetapi dengki dan iri adalah buta dan tuli. Dalam
sebuah riwayat disebutkan bahwa Bukhari pernah berkata : “Iman adalah perkataan
dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang. Al-Quran adalah kalam Allah,
bukan makhluk. Sahabat Rasulullah SAW, yang paling utama adalah Abu Bakar,
Umar, Usman, dan Ali. Dengan berpegang pada keimanan inilah aku hidup, aku mati
dan dibangkitkan di akhirat kelak, insya Allah.” Di lain kesempatan, ia
berkata: “Barang siapa menuduhku berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur’an
adalah makhluk, ia adalah pendusta.”
Wafatnya Imam Bukhari
Suatu ketika penduduk Samarkand
mengirim surat kepada Imam Bukhari. Isinya, meminta dirinya agar menetap di
negeri itu (Samarkand). Ia pun pergi memenuhi permohonan mereka. Ketika
perjalanannya sampai di Khartand, sebuah desa kecil terletak dua farsakh
(sekitar 10 Km) sebelum Samarkand, ia singgah terlebih dahulu untuk mengunjungi
beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan
Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri
dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur
pada Hari Raya Idul Fitri. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa jika
meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam dan tidak
memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat.
Beliau meninggal tanpa meninggalkan seorang anakpun.
http://kublogspot.blogspot.com/2013/12/syarat-syarat-dalam-pengajuan-untuk.html
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: SEJARAH SINGKAT IMAM BUKHARI
Ditulis oleh apa aja
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://kublogspot.blogspot.com/2013/12/sejarah-singkat-imam-bukhari.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh apa aja
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Post a Comment
terimakasih telah singgah, berkomentar lah dengan baik