Perempuan Pahlawan Pendidikan
Friday 13 June 2014
0
komentar
Perempuan Pahlawan Pendidikan
“Wahai Tuhanku sayangilah mereka berdua, sebagaimana
mereka telah mendidikku waktu kecil (degan kasih sayang)”. (QS. 17:24)
Berapa waktu lalu tayangan berita di televisi
mengejutkan dunia pendidikan. Betapa tidak, video mesum dalam kelas yang melibatkan siswa dan
siswi SMP beredar luas di dunia maya. Sungguh peristiwa yang membuat semua pihak mengelus-ulus dada.
Tak berenti di situ, anarkisme juga sering kali menjadi warna
buruk generasi bangsa saat ini. Saling ejek, tikam bahkan saling bunuh seakan
menjadi hal yang sepela dan biasa-biasa saja.
Di mana hati nurani para orang tua,
kaum ibu, para guru, pemerintah, tokoh masyarakat? Apakah hati mereka sudah tertutup
hingga tak peduli lagi dengan generasi ini. Entah apa penyebabnya, sehingga
moral generasi bangsa kian bobrok?
Perempuan
Vs Wanita Karir
Untuk menjawab pertanyaan di atas. Hemat saya, hanya kaum
perempuanlah (ibu) yang mampu mengurai benang kusutnya, menyentuh hati nurani generasi
bangsa, serta mengubah budaya hitam menjadi putih.
Tanpa peran perempuan/ ibu dalam pendidikan, apa kata dunia? Cinta dan kasih yang selama ini
menjadi kompas kehidupan seakan sirna ditelan bumi. Sentuhan hati nurani
yang diberikan mereka kepada anak-anak semakin hari kian surut, seiring
meningkatnya
kesibukan di luar rumah.
Kaum feminis menilai, ibu/ perempuan yang berkiprah di sektor
publik, menjadi wanita karir merupakan hal yang wajar saja. Namun perlu diingat bahwa, betapa banyak ibu yang lalai
hingga meninggalkan tugas utama; sebagai pendidik/ pembimbing anak-anaknya. Kasih sayang dan budi pekerti yang
semestinya tercurahkan kepada anak-anak, kini rela ditukar dengan rupiah belaka.
Anak-anak yang hidup tanpa asuhan
dan pengawasan ibu, tak sedikit yang tumbuh menjadi generasi
pemberontak, kasar karena kering dengan kasih sayang, amoral sebab tak pernah kenal norma dan nilai. Dengan
demikian, ibu semacam itu dengan sengaja melahirkan generasi yang buruk bagi
bangsa sendiri.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, bahwa jumlah
perempuan pekerja di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 48,440 juta, meningkat
dari tahun sebelumnya 47,24 juta padahal tahun 2009 baru 46,68 juta orang. Membuktikan
jumlah perempuan pekerja terus meningkat setiap tahunnya.
Indikator serupa juga diperoleh ketika mempelajari kegiatan
perempuan Indonesia berusia 15 tahun ke atas, di mana semakin banyak yang
memberi respon bahwa kegiatan mereka adalah bekerja. Persentasenya mencapai
79,2% pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 80,8% pada tahun 2011.
Sedang tahun 2012, perempuan terus mendominasi dunia kerja.
Sebanyak 65 persen dari total 135 juta perempuan Indonesia usia produktif 25-45
tahun berprofesi sebagai wanita karir. Dari total populasi 112 juta jumlah
pekerja di Indonesia, saat ini ada 49,00 juta pekerja perempuan yang
membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Itu artinya, jumlah pekerja perempuan
hampir sama besarnya dengan pekerja laki-laki. (Kompas,
6/5/2013)
Terlepas dari pro-kontra dengan para aktivis jender, harus disadari dan diakui
bahwa perempuan diciptakan dengan kondisi fisik yang berbeda dengan pria. Fakta
menunjukkan kondisi fisik perempuan lebih lemah daripada pria.
Perempuan yang sudah menghabiskan energi di kantor sehari
penuh, saat pulang ke rumah pasti kondisinya
sudah sangat lelah. Dalam kondisi demikian, emosi menjadi labil dan gampang marah. Sehingga anak-anak hanya mendapatkan sisa-sisa tenaga
dengan kondisi emosi yang labil itu. Padahal anak-anak sangat merindukan perhatian lebih, sentuhan kasih sayang ibu, serta tempat berbagi segala permasalahan hidup.
Wanita karir memang tak selalu negatif. Bila kondisi ekonomi keluarga masih
sangat kurang, maka istri bisa membantu mencari nafkah. Tapi bila pendapatan suami sudah cukup, maka sebaiknya istri fokus mendidik anak-anak saja.
Istri pun bisa membantu ekonomi keluarga dengan pekerjaan yang ringan-ringan,
seperti menjahit, membuat pernak-pernik, menulis, membuat kue dan sebagainya.
Dengan pekerjaan sampingan yang tak menguras waktu, maka keluarga masih bisa
diurus dan pendapatan pun bisa didapat. Tak ada istilah, ibu rumah tangga
tak bisa mengaktualisasi diri, semua tergantung pada pribadi masing-masing.
Pahlawan
Sejati
Dahulu musuh para pahlawan bangsa
adalah kaum kolonial, tapi kini musuh kita adalah 'kesadaran'
membangun bangsa. Lebih-lebih kesadaran kaum perempuan/ ibu sebagai panutan dan pendidik generasi
masa depan.
Pahlawan dalam konteks keluarga terpatri
pada perempuan,
ibu memiliki peran yang sangat vital dalam membangun SDM yang unggul dan bijak. Kaum ibu saatnya kembali kepada
fitrah; fokus mendidik anak-anak di rumah.
Ibu rumah tangga lebih mulia dari wanita karir, bila dia melaksanakan tugas secara
profesional. Tahu
pekerjaan apa saja yang harus dilaksanakan di rumah. Memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk
mendidik
anak-anaknya.
Namun, bila seorang ibu rumah tangga tidak tahu pekerjaan apa
saja yang harus dilakukan, maka keberadaannya di rumah mungkin masih bisa
dikalahkan wanita karir yang bisa mengatur waktu seefisien mungkin.
Peran ibu yang full
time di rumah akan lebih baik daripada wanita karir. Karena seluruh tenaga
dan pikiran mereka fokus pada pendidikan anak-anak, dan peningkatan kualitas keluarga.
Kendati pun ada wanita karir yang bisa menyeimbangkan antara keluarga dan
karir, jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Mayoritas wanita yang sukses dalam karirnya, keluarga menjadi korban. Karena
jumlah super woman sangat sedikit, pasti ada salah satu yang harus
dikorbankan, entah keluarga, atau pekerjaan.
Akhirnya, dalam rangka memperingati Hari Pahlawan. Saya
mengingatkan!, bahwa
kaum perempuan
(ibu) Indonesia harus memprioritaskan pendidikan di atas
segalanya demi terciptanya
generasi
bangsa yang berkeadaban.
Bukan justru sibuk dengan karir semata. Dengan demikian 'gelar pahlawan sunyi sejati’ layak disematkan bagi kaum perempuan (ibu). Selamat Hari
Pahlawan!
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Perempuan Pahlawan Pendidikan
Ditulis oleh apa aja
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://kublogspot.blogspot.com/2014/06/perempuan-pahlawan-pendidikan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh apa aja
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Post a Comment
terimakasih telah singgah, berkomentar lah dengan baik